Pernah ke BAAK foto KRS ditolak?

BAAK Universtas Gundarma, Depok, Jawa Barat, tidak jarang menolak mahasiswi dan mahasiswanya ketika mengumpulkan foto yang akan dipasang pada KRS mereka, untuk di stampel. Pasalnya, Foto KRS tersebut tidak memenuhi standar yang baik. Entah, dari kamera yang digunakannya, atau hanya karena tinta dan kertas foto yang kurang baik. Bahkan, Laporan praktikum yang di print menggunakan tinta dan kertas yang kurang baik pun bisa di tolak kaka asisten karena mirip fotocopy.

Rupa-rupanya, Universitas yang mengunggulkan bidang teknologi informasi dan komputer ini memberikan dampak yang sangat teliti kepada mahasiswa dalam melakukan kegiatan administratif yang hampir semuanya terkomputerisasi. Sehingga,
bentuk dari salah satu pengajarannya adalah mengenakan standar produk teknologi yang baik untuk keperluan administratif dan perkuliahan menjadi nuansa kedisiplinan tersendiri. 

Mungkin tidak banyak yang tahu secara spesifik mengapa dan bagaimana cara mengetahui cetakan digital itu tergolong baik atau kurang baik, yang penting tidak ditolak. Karena tidak semua yang menerima pun mengerti tentang standarisasinya.
Tidak usah kejauhan, hal yang paling penting dan mudah dalam menganalisa produk digital adalah warna. Baik foto, desain, atau pun hanya teks. Memang untuk dapat menjadi analisator yang baik, sesorang butuh pengetahuan lebih tentang hal-hal yang berpengaruh dalam digital printing. 

Tidak luput, yang diperlukan adalah alat yang kompetetitif. Sebenarnya mudah saja bagi yang ingin mengetahui seputar pengaruh warna dan cahaya dalam sebuah media cetak. Yaitu, dengan menggunakan alat uji yang disebut Colorimeter. Alat ini dengan mudah memberikan analisa terhadap kepekatan atau terang-kuatnya cahaya pada medium atau objek dan dapat di transfer ke komputer. 
Alat ini dapat memberikan hasil pengukuranya berupa angka dan grafik yang menunjukan seberapa banyak cahaya yang dapat dipantulkan dan diserap oleh objek atau medium. Sehingga dapat membantu dalam mengalisa hasil cetakan foto, teks dan lain sebagainya.


@Linna Susanti


Leave a Reply